“Kamu mengajarkan anak TPQ bacaan basmalah dan al-Fatihah, maka pahala yang akan kamu terima akan terus mengalir. Ketika santri TPQ yang kamu didik membaca basmalah saat hendak makan, belajar, dan kegiatan apa pun, maka kamu juga akan memperoleh pahalanya.” (KH. Moch. Djamaluddin Ahmad, Jombang).
“Selalu ada alasan untuk bersyukur. Bila tak punya uang, bersyukur badan sehat. Bila sakit, bersyukur punya saudara juga sahabat.” (Akhmad Muhaimin Azzet).
“Menikah, kalau mempeng nderesnya ya nanti dapat. Kalau istiqamah nderes, besok ya dapat istri yang cantik. Intinya harus menyibukkan waktumu dengan al-Qur’an, meski tidak sempat meminta ya dikasih, insya Allah.” (KH. R. Muhammad Najib Abdul Qodir).
“Sebagaimana daun, semakin lama kian menguning, lalu gugur ke bumi. Demikian pula dengan usia kita. Maka, mari menjadi seperti padi, semakin bertambah usia semakin berisi dan merunduk ke bumi. Bertambah usia kita, mestinya semakin berisi takwa dan kian patuh dan tunduk kepada-Nya. Jangan menjadi padi yang tak berisi, usia bertambah tetap tegak karena tak berisi, setelah mengering akhirnya hanya dibakar petani.” (Akhmad Muhaimin Azzet).
“Di antara bentuk romantis itu adalah ketika suami mendengar sepenuh perhatian ketika istrinya bercerita; begitu pula sebaliknya.” (Akhmad Muhaimin Azzet).
“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Berwirid-wirid dahulu, lalu bersenang dalam perjumpaan.” (Akhmad Muhaimin Azzet).
“Semulia-mulia manusia ialah yang berakhlak baik, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika mampu membalas, dan bersikap adil ketika kuat.” (Abdul Malik bin Marwan).
“Menjadi suami yang baik (termasuk menjadi istri yang baik) tentu bukan sebuah final, tapi poses yang terus-menerus yang harus dibangun antara suami dan istri. Proses itulah yang indah. Dan, semakin indah karena proses itu menjadikan keduanya setiap hari semakin baik. Karena ada usaha di dalamnya. Karena ada doa kepada-Nya. Terus-menerus.” (Akhmad Muhaimin Azzet).
“Aku tidak akan mengabdi kepada Tuhan, seperti seorang buruh yang selalu mengharapkan gaji.” (Rabi’ah al-‘Adawiyah).